Kamis, 22 Maret 2012

Desa Lirboyo Dan Pondok Lirboyo

 
 
Lirboyo adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto Kota madya Kediri Jawa Timur. Di desa inilah telah berdiri hunian atau pondokan para santri yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo.  Berdiripada tahun 1910 M.. Diprakarsai oleh Kyai Sholeh, seorang yang Alim dari desa Banjarmelati dan dirintis oleh salah satu menantunya yang bernama KH. Abdul  Karim, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengah.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH.Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M. setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati.

Perpindahan KH. Abdul Karim ke desa Lirboyo dilatarbelakangi atas dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Kyai Sholeh berharap dengan

menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo agama Islam lebih syi’ar dimana-mana. Disamping itu, juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh untuk berkenan menempatkan  alahsatu menantunya (Kyai Abdul Karim)  di desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tentram.

Betul juga, harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang
Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah tersebut, beliau mendirikan surau mungil nan sederhana.

Santri Perdana dan Pondok Lama
Adalah seorang bocah yang bernama Umar asal Madiun, ialah santri pertama yang menimba ilmu dari KH. Abdul Karim di Pondok Pesantren Lirboyo. Kedatangannya disambut baik oleh KH. Abdul Karim, karena kedatangan musafir itu untuk tholabul ilmi , menimba pengetahuan agama. Selama nyantri, Umar sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada Kyai.Demikian jalan yang ditempuh Umar selama di Lirboyo. Selang beberapa waktu ada tiga santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang, daerah asal KH. Abdul Karim. Masing-masing bernama Yusuf, Shomad Dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernam Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah Kediri. Seperti santri sebelumnya, kedatangan kedua santri ini bermaksud untuk mendalami ilmu agama dari KH. Abdul Karim. Akan tetapi baru dua hari saja mereka berdua menetap di Lirboyo, semua barang-barangnya ludes di sambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman,  di Lirboyo masih ada sisa-sisa perbuatan tangan-tangan kotor. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung halamannya.

Tahun demi tahun, Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti santri-santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi , maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang dialami oleh Syamsuddin dan Maulana, dibentuklah satuan keamanan yang bertugas ronda keliling disekitar pondok.

Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pondok pesantren, yang dianggap sebagai tempat ummat Islam mengadakan berbagai macam kegiatan keagamaan, sebagaimana praktek sholat berjama’ah dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, bukan merupakan hal yang aneh jika dimana  ada pesantren disitu pula ada masjid, seperti yang dapat kita lihat di Pondok Pesantren Lirboyo.

Asal mula berdirinya masjid di Pondok Lirboyo, karena Pondok Pesantren yang sudah berwujud nyata itu kian hari banyak santri yang berdatangan, sehingga dirasakan KH. Abdul Karim belum dianggap  sempurna kalau ada masjidnya. Maka dua setengah tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo, tepatnya pada tahun 1913 M. timbullah gagasan dari KH. Abdul Karim untuk merintis mendirikan masjid di sekitar Pondok.

Semula masjid itu amat sederhana sekali, tidak lebih dari dinding dan atap yang terbuat dari kayu. Namun setelah beberapa lama masjid itu digunakan, lambat laun bangunan itu mengalami kerapuhan. Bahkan suatu ketika bangunan itu hancur porak poranda ditiup angin beliung dengan kencang. Akhirnya KH. Muhammad yang tidak lain adalah kakak ipar KH. Abdul Karim sendiri mempunyai inisiatif untuk membangun kembali masjid yang telah rusak itu dengan bangunan yang lebih permanen. Jalan keluar yang ditempuh KH. Muhammad, beliau menemui KH. Abdul Karim guna meminta pertimbangan dan bermusyawarah. Tidak lama kemudian seraya KH. Abdul Karim mengutus H. Ya’qub yang tidak lain adik iparnya sendiri untuk sowan berkonsultasi dengan KH. Ma’ruf Kedunglo mengenai langkah selanjutnya yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan masjid tersebut.Dari pertemuan antara H. Ya’qub dengan KH. Ma’ruf Kedunglo itu membuahkan persetujuan, yaitu dana pembangunan masjid dimintakan dari sumbangan para dermawan dan hartawan. Usai pembangunan itu diselesaikan, peresmian dilakukan pada tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1347 H. / 1928 M.  Acara itu bertepatan dengan acara ngunduh mantu putri KH. Abdul Karim yang kedua , Salamah dengan KH. Manshur Paculgowang.

Dalam tempo penggarapan yang tidak terlalu lama, masjid itu sudah berdiri tegak dan megah (pada masa itu) dengan mustakanya yang menjulang tinggi, dinding serta lantainya yang terbuat dari batu merah, gaya bangunannya yang bergaya klasik , yang merupakan gaya arsitektur Jawa kuno dengan gaya arsitektur negara Timur Tengah. Untuk mengenang kembali masa keemasan Islam pada abad pertengahan, maka atas prakarsa KH. Ma’ruf pintu yang semula hanya satu, ditambah lagi menjadi sembilan, mirip kejayaan daulat Fatimiyyah.

Selang beberapa tahun setelah bangunan masjid itu berdiri, santri kian bertambah banyak. Maka sebagai akibatnya masjid yang semula dirasa longgar semakin terasa sempit. Kemudian diadakan perluasan dengan menambah serambi muka, yang sebagian besar dananya dipikul oleh H. Bisyri, dermawan dari Branggahan Kediri. Pembangunan ini dilakukan pada tahun sekitar 1984 M. Tidak sampai disitu, sekitar tahun 1994 M. ditambahkan bangunan serambi depan masjid. Dengan pembangunan ini diharapkan cukupnya tempat untuk berjama’ah para santri, akan tetapi kenyataan mengatakan lain, jama’ah para santri tetap saja membludak sehingga sebagian harus berjamaah tanpa menggunakan atap.  Bahkan sampai kini bila berjama'ah sholat Jum'at banyak santri dan penduduk yang harus beralaskan aspal jalan umum. Untuk menjaga dan melestarikan amal jariyyah pendahulu serta menghargai dan melestarikan nilai ritual dan histories, sampai sekarang masjid itu tidak mengalami perobahan, hanya saja hampir tiap menjelang akhir tahun dinding-dindingnya dikapur dan sedikit ditambal sulam.

PERAN PODOK PESANTREN LIRBOYO DALAM MEREBUT KEMERDEKAAN DAN MEMPERTAHANKANNYA

Pondok Pesantren Lirboyo, sejak zaman kolonial Belanda merupakan salah satu diantara sekian banyak pesantren yang ikut berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara tercinta. Hal ini dapat dibuktikan pada waktu tentara Jepang datang ke Indonesia untuk menjajah dengan dalih demi kemakmuran Asia Timur Raya. Ketika mereka mengundang para Ulama le Jakarta, maka KH.
Abdul Karim selaku pengasuh Pondok Pesantren berkenan hadir bersama KH. Ma’ruf Kedunglo dan KH. Abu Bakar Bandar Kidul dengan dikawal oleh Agus Abdul Madjid Ma’ruf. Ketika Jepang mengadakan latihan di Cibasura Bogor, Residen Kediri, R. Abd. Rahim Pratalikrama memohon kesediaannya KH. Mahrus Ali untuk berangkat sebagai utusan daerah Kediri. Berhubung beliu berlangan untuk hadir, maka diutuslah beberapa santri, antara Thohir Wijaya Blitar, Agus Masrur Lasem, Mahfudz Yogyakarta dan Ridlwan Anwar Kediri.Usai menghadiri pertemuan di Bogor, segala hal dan ihwal yang mereka ketahui di sana, segera disampaikan pada seluruh santri Lirboyo. Semua itu adalah merupakan satu usaha mngambil manfaat dalam rangka kerjasama dengan pemerintah Jepang. Akan tetapi dibalik itu ada maksud lain, yaitu sebagai persiapan Indonesia merdeka. Para utusan yang telah mendapat ilmu tentang kemiliteran, segera mengadakan latihan baris berbaris di Pondok Pesantren Lirboyo. Waktu itu sekitar tahun 1943-1944 M., yang mana di Kediri sudah dibentuk barisan Hizbullah dengan kepemimpinan KH. Zainal Arifin di tingkat pusatnya.

Pada masa itu adalah merupakan masa-masa penuh harapan  rakyat Indonesia untuk terlepas dari cengkraman penjajah dari kepemerintahan negara yang dikenal dengan negeri Sakura itu. Rakyat sudah muak dengan segala tindakan penjajah. Mereka sangat rindu damai dalam merdeka. Betul juga, beberapa hari sesudah Hirosima dan Nagasaki yang merupakan dua kota besar di Jepang kejatuhan bom tentara sekutu, Jepang pun menyerah tanpa syarat. Akhirnya Indonesia yang sudah lama menunggu kesempatan amas dan hari-hari bersejarah itu segera memproklamirkan kemerdekaannya, tepat pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, kebahagiaan bangsa Indonesia termasuk santri Lirboyo tidak dapat terlukiskan lagi.

Pelucutan Senjata Kompitai Dai Nippon

Adalah Mayor Peta H. Mahfudz yang mula-mula menyampaikan berita gembira tentang kemerdekaan Indonesia  itu kepada KH. Mahrus Ali, lalu diumumkan kepada seluruh santri dalam pertemuan diserambi masjid. Dalam pertemuan itu pula, para santri diajak melucuti senjata Kompitai Dai Nippon yang bermarkas di Kediri (markas itu kini dikenal dengan dengan Markas Brigif 16 Brawijaya Kodam Brawijaya) .

Tepat pada jam 22.00 berangkatlah santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran dibawah komando KH. Mahrus Ali, Mayor Mahfudz dan R. Abd. Rahim Pratalikromo. Sebelum penyerbuan dimulai, santri yang bernama Syafi’I Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun  menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu adalah untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup, Syafi’i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor Mahfudz. Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul 01.00 dini hari dan berakhir ketika Mayor Mahfudz menerima kunci gudang senjata

dari komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang  lebar. Dalam penyerbuan itu , kendati harus harus mengalami beberapa insiden dan bentrokan fisik, pada akhirnya penyerbuan itu sukses dengan gemilang. Walaupun kemerdekaan masih sangat “muda” namun Indonesia sudah berhak mengatur negaranya sendiri. Tidak dibenarkan jika ada fihak luar yang turut campur. Akan tetapi tidak bagi Indonesia pada waktu itu. Baru saja Indonesia merasakan nikmatnya kemerdekaan, tiba-tiba ada

sekutu yang di”bonceng” Belanda yang mengatasnamakan NICA, pada tanggal 16 September 1945 mendarat di Tanjung Priuk untuk menjajah kembali. Kemudian disusul tanggal 29 September 1945dengan pasukan dan peralatan perang yang lebih komplit. Karuan saja, kedatangan mereka disambut dengan pekik “merdeka atau mati”. Begitulah semboyan bangsa Indonesia. Termasuk para ulama yang waktu itu tergabung dalam dalam perhimpunan Nahdlatul Ulama (dulu HB NU), pada tanggal 21-22 Oktober 1945 memanggil para ulama NU yang ada di Jawa dan Madura  untuk mengadakan pertemuan di kantor PB NU jalan Bubutan Surabaya.

Tujuan pertemuan itu adalah membahas ulah Belanda yang hendak merampas kembali kemerdekaan Indonesia.Sebagai tokoh NU, KH. Mahrus Ali turut hadir dalam pertemuan itu. Dalam pertemuan itu para ulama mengeluarkan resolusi Perang Sabil. Perang melawan Belanda dan kaki tangannya hukumnya adalah wajib ain. Rupanya keputusan inilah yang menjadi motifasi para ulama dan santrinya untuk memanggul senjata ke medan laga, termasuk pesantren Lirboyo.

Tidak lama setelah itu, tepatnya pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara sekutu yang dipimpin AWS Mallaby mendarat di Tanjung Perak Surabaya. Tindakan mereka semakin brutal,, pada tanggal 28 Oktober mereka mulai mengadakan gangguan-gangguan stabilitas, mereka merampas mobil, mencegat pemuda-pemuda Surabaya , merebut gedung yang sudah dikuasai Indonesia. Yang lebih menyakitkan, mereka menurunkan sang Merah Putih yang berkibar diatas hotel Yamato, dan digantinya dengan Merah Putih Biru. Pemuda Surabaya marah, terjadilah pertempuran selama tiga hari, 28,29,30 Oktober 1945, hingga terbunuhlah AWS Mallaby, Jendral andalan Inggris yang masih berusia 45 tahun.

Dalam situasi demikian itu, Mayor Mahfudz datang ke Lirboyo menghadap KH. Mahrus Ali untuk memberikan kabar bahwa Surabaya geger. Seketika KH Mahrus Ali mengatakan bahwa kemerdekaan harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan. Kemudian KH. Mahrus Ali mengintruksikan kepada santri untuk berangkat perang ke Surabaya. Hal ini disampaikan lewat Agus Suyuthi. Maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim ke Surabaya.

Dengan mengendarai truk , para santri dibawah komando KH. Mahrus Ali berangkat ke Surabaya. Meskipun hanya bersenjatakan bambu runcing, mereka bersemangat berjihat menghadapi musuh.  Santri yang dikirim waktu itu berjumlah sebanyak 97 santri.

Rabu, 14 Maret 2012

KEPALANGMERAHAN

PALANG MERAH INTERNASIONAL
A.    Sejarah Palang Merah
              Palang Merah adalah organisasi yang bersifat social yang bergerak dibidang kemanusiaair, berlandaskan prinsip-prinsip palang merah. Kegiatan ini bergerak pada masa damai yang dilindungi oleh konvensi Jenewa dan protocol tambahan tahun 1977. Pada masa perang mengawasi serta memberikan pelayanan terhadap tawanan perang. Sedang masa damai memberikan pembinaan dibidang kesehatan serta ikut membantu menunjang program pemerintah dan memberikan pelatihan tenaga Palang Meral, dan menyiagakan bila terjadi perang atau bencana alam.
               Henry Dunant adalah seorang pelopor  berdirinya organisasi Palang Merah di dunia. Beliau berkebangsaan Swiss yang lahir pada tanggal 8 Mei 1828 dan berkat jasanya yang begitu besar kernudian dijadikan sebagai peringatan hari ulang tahun Palang Merah dunia. Sebagai usahawan Henry Dunant banyak melakukan perjalanan kebeberapa daerah diantaranya adalah Solferino, dalam pcrjalanan terjadi pertempuran antara Australian dan Italia serta Sardania tapatnya pada BULAN JUNI 1859, beliau menyaksikan se_kitar 40.000 orang terluka tanpa adanya perawatan yang memadai. Selain itu banyak yang luka-luka dibiarkan begitu saja. Sekembalinya dari Solferino beliau menulis buku tentang perang tersebut dan akibatnya dalam sebuah buku yang berjudul " A memory of Solferino/ Memori di Salfarino" , buku tersebut berisi 2 gagasan utama tentang :
        a.     Pentingnya pendirian organisasi relawan di suatu negara
            b.        Adanya aturan ( perjanjian )  perang.
                    Dari saran tersebut akhirnya menarik perhatian 4 orang warga Jenewa, yaitu: Guillame Hendufour, Gustafe Mauyner, DR. Louis Appia dau DR. Theodore IVlounir. Akhirnya mereka dan Henry Dunant membentukpanftia_Ink_rnasional dan berhasil rnelaksanakan konferensi Internasional di Jenewa pada tanggal 22 Agustus 1863. juga didirikan oleh 12 orang sebagai perwakilan dari 12  negara yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :
        1.     Lambang Palang Merah dan penggunaanya.
        2.     Meletakkan landasan Palang  Merah
        3.     Pendirian lembaga bantuan unurk para korbarig,perang.

B.    Komponen - kornponen Palang Merah
    I. ICRC  ( Oktober 1863 ).
                  Komite Palang Merah Internasional (International Comite of Red Cross/ICRC) Kornite Adalah organisasi kemanusiaan yang netral, tidak berpihak dan mandiri yang semata-mata melaksanakan tugas kemanusiaan untuk melindungi kehidupan dan martabat korban-korban perang dan kekerasan dalam negeri serta memberi bantuan kepada mereka. ICRC adalah kumpulan dari negara-negara yang peduli terhadap kemanusian yang tergabund dalam organisasi Palang Merah di seluruh dunia.
                  MANDAT ICRC adalah :
1.       MELINDUNGI dan MEMBANTU KORBAN KONFLIK BERSENJATA
2.       MEMPROMOSIKAN HHI / HPI .

    II. IFRC
              Federsi Internasional Palang tilerah dan Bulan Sabit Merah (The International Federational qr Reel Cross and
             Red C'recenl Socie.;). Federasi ini berdiri 1919 atas ide Henry Dunant P Davidson yang bermarkas di
               Jenewa di mana bertugas mengordinasikan seluruh organisasi kemanusian palang merah dan bulan sabit merah di 
             dunia ini. Madat IFRC adalah Koordinator Perhimpunan Nasional dalam bantuan bencana alam/teknologi dan  
             kesehatan.
          KOMPONEN GERAKAN INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH :
1.       Komite Internasional Palang Merah  (1863)
2.       Perhimpunan Nasional  Palang Merah/  Bulan Sabit Merah  (1864)
3.       Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Internasional  (1919)

C. Prinsip-prinsip Palang Merah
        Rinsip Palang Merah ini dihasilkan pada tahun 1863 yang ta-diri dari  :
            1.        Kemanusiaan (Humanity)
        Gerakan Palang Merah dikirikan berdasarkan keinginan  memberikan pertolougan bagi orang yang membutuhkan
        2.     Kesamaan (Imper`iality)
        Dalam memberikan pertolongan Palang Merah tidak membuat perbedaan atas dasar kcbangsaan. suku, agama, kepcrcayaan, tingkat dan pandangan politil..
3.       Kenetralan (Netrality)
Tidak memihak atau melibatkan diri dalam tentangan politik, suku, Agama atau idiologi
4.       Kemandirian (independence)
Gerakan ini bersifat mandiri perhimpunan nasional disamping membantu pemerintahannya dalam bidang kesehatan juga harus menaati peraturan negaranya, harus menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip – prinsip gerakan ini.
5.       Kesukareaan (voluntary)
Gerakan ini memberikan bantuan sekurela tidak didasari oleh kegiatan untuk mencari keuntungan apapun.
6.       Kesatuan (Unity)
Didalam satu negara hanya terdapat satu perhimpunan Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiannya di seluruh wilayah
      7.   Kesemestaan (Universality)
      Mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.


PALANG MERAH INDONESIA
A.    Latar Belakang Berdirinya Palang Merah Indonesia.
Gagasan beririnya PMI sudah ada sejak 21 Oktober 1873 dengan nama NERKAI tetapi masih didomisasi oleh Belanda. Pada tahun 1939 - 1940 DR. RCL Senduk dan DR. Bahder Djohan mengusulkan kepada Belanda untuk membangkitkan  kembali organisasi ini, tetapi terjadi perang dunia ke 2 gagasan ini belum juga terlaksanan:
Presiden RI memberikan mandat atau perintah pada tanggal 3 September 1945 kepada Mentri  kesehatan Bapak Dr. Boentaran untuk  menjajaki kemungkinan berdirinya Palang Merah. Akhirnya disepakati bahwa 17 September 1945 adalah hari berdirinya Palang Merah Indonesia sedangkan ketua umumnya yang pertama Drs. Moch. Hatta (1945 – 1946)

B     Kedudukan Asas dan Tujuan.
          Palang  Merah  Indonesia ( PMI ),  adalah   lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan mandiri, didirikan dengan tujuan untuk membantu meringankan penderitaan sesama manusia akibat bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar belakang korban yang ditolong
          Palang Merah ialah bersetatus badan hukum yang diwakili oleh pengurus baik keluar atau kedalam, kedudukan di Jakarta dan bersifat mandiri (otonomi) berdasarkan Pancasila dan 1945.  Adapun susunan organisasinya adalah:
I.     PMI Pusat                                                 :   Seluruh wilayah indonesia
2.     PMI Provinsi                                             :   Tingkat Propinsi
3.     PMI Kab. / Kota                                      :   Tingkat Kabupaten dan Kotamadya
4.     PMl Kecamatan                                      :   Tingkat Kecamatan

D. Misi dan Visi PMI.
       Misi =
      PMI menjadi  Organisasi Kemanusiaan yang Profesional, tanggap dan  dicintai masyarakat

      Visi =
1.    Mengembangkan Organisasi
2.    Meningkatkan Kualitas SDM
3.    Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepalangmerahan
4.    Kegiatan yang berbasis masyarakat
5.    Meningkatkan dan mengembangkan jejaring kerjasama
6.    Menyebarluaskan Prinsip Dasar PM dan BSM
7.    Mengembangkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kpalangmerahan

PERTOLONGAN PERTAMA ( PP ).
A. PENGERTIAN
     Pemberian Pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera / kecelakaan yang memerlukan penangan medis
     dasar. Yang bertujuan menyelamatkan jiwa/nyawa, mencegah cacat dan membantu proses penyembuhan.
B. Medis dasar.
     Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara
      khusus.

C. Dasar hukum
·         Pasal 531 KUHP
·         Pasal 322 KUHP

D.  Pelaku Pertolongan Pertama.
      Adalah : Penolong yang pertama kali tiba ditempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar

E.  Kewa.jiban Pelaku Pertolongan Pertama
Ø  Menjaga kcsclamatan diri, anggota, tim, penderita dan orang sekitar.
Ø   Menjangkau penderita
Ø  Dapat mcngcnali dan mengatasi masalah yang niengancam nyawa
Ø  Meminta bantuan atau rujukan
Ø  Memberi pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
Ø  Membantu pelaku pertolongan lainnya
Ø  Ikut menjaga kerahasiaan medic pcrderita
Ø  Berkornonikasi dengan petugas lainnya yang terlibat
Ø  Mempersiapkan penderita untuk transportasi

F.  Kualifiikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Ø Jujur bertanggung jawab
Ø Berlaku professional
Ø Kematangan emosi (Sabar dan tak panik /tak gugup)
Ø Kenampuan bersosialisasi
Ø Kemampuanya terukur
Ø Kondisi fisik baik Mempunyai rasa bangga

G.  Peralatan Dasar Pelaku PP
      APD (Alat Pelindung diri) Sarung tangan. Kacamata pelindung, Baju pelindung, Masker penolong, Masker
      resusitasi. Helm.

H.  Peralatan Pertolongan Pertama
Ø  Penutup luka → kasa Steril, bantlan kasa
Ø  Pembalut luka -> pembalut gulung, Plester, Elastic verban,metela / segitiga
Ø  Cairan Pembersih (Antiseptik) → Borwater, Rivanol, lopovidone, alcohol
Ø  Peralatan Stabilisasi korban Bidai leher, Bidai alat gerak, Papan spinal panjang
Ø  Kapas, Oksigen, gunting, Pinset, Senter, Termometer, Selimut, Kartu Penderita,  Tensimeter, Stetoskop

PENANGANA PERTOLONGAN PERTAMA
1.       Penilaian Keadaan
2.       Penilaian Dini
3.       Pemeriksaan Fisik
4.       Riwayat Penderita
5.       Pemeriksaan Berkala atau lanjut
6.       Pelaporan

A. Penilaian Keadaan.
      Bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang kejadian yang sedang dihadapi
1.       Meliaht keadaan umum/ kesan umum/ keadaan saat itu.
2.       Penolong Memperkenalkan Diri.
3.       Informasi keadaan ( kejadian, pasien, saksi, keluarga, kesan umum, tanda-tanda dan gejala ).
B. Penilaian Dini
1.       Kesan Umum ( trauma atau medis ).
Ø  Kasus Trauma
      Akibat rudal paksa Tanda-tanda jelas
        Contoh : Kasus pendarahan, Patch ;clang
Ø  Kasus Medis
        Tanpa ada riwayat rudal paksa
Penolong Upaya mencari riwayat gangguan pada korban, meminta korban menjelaskan keadaan
2.       Periksa Respon
3.       Pastikan Jalannya nafas Terbuka
4.       Nilai Pernafasannya
5.       Nilai Sirkulasi dan Hentikan pendarahan
6.       Hubungi Bantuan.
PENILAIAN DINI HARUS DISELESAIAKAN DAN SEMUA KEADAAN YANG MENGANCAM NYAWA HARUS DITANCGULANGI SEBELUM MELANJUTKAN PEMERIKSAAN FISIK"

C. Pemeriksaan Fisik
     Pada penderita cedera cari P L N B/ D O T S
Ø  P -  Perubahan bcntuk                                   / D  =  Deformitas
Ø  L - Luka terburca                                           / O = Open Injury
Ø  N- Nyeri tekan                                                / T = Tendernes
Ø  B - Bengkak                                                    / B = Bengkak
       Pemeriksaan fisik meliputi
       Kepala, Leher, Dada, Peret, Punggung, Panggul, Anggota gerak atas dan bawah. Catalan : Kondisi kulit ?    
        (lembab, kering, berkeringat) Warna kulit ? (biru, pucat, merah, kehitaman, kekuningan)

1. Tanda Fital Manusia
v  Denyut Nadi normal
§  Bayi                     → 120 – 150 X / menit
§  Anak                    → 80 – 150 X / Menit
§  Dewasa                → 60 – 90 X / Menit
v  Frekuensi Pernafasan normal
v  Bayi                     → 25 – 50 X / menit
v  Anak                    → 15 – 30 X / Menit
v  Dewasa                → 12 – 20 X / Menit

v  Suhu tubuh normal → 37 C
v  Tekanan darah normal
Ø  Systole → 100  140 Mm Hg
Ø  Diastol → 60 – 90 Mm Hg
Pemeriksaan Denyut Nadi dapat dilakukan melaiui : Pergelangan tangan, Lengan bawah, Lipat papa, Leher

D. Riwayat Penderita
Dilakukan pada korban kasus medil melalui proses wawancara (bila sadar) Akronim KOMPAK
K = Keluhan utama
O = Obat-obatan yang diminum
M = Makanan/minuman yang terakhir
P = Penyakit yang diderita
A =- Alergi yang dialami
K = Krjadian

E. Pemeriksaan Berkala atau lanjut
     Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan yang dilakukan dari awal yang dikerjakan terus sebelum  
     mendapatkan pertolongan medis sebagai langkah pengontrolan.

F.  Pelaporan
       Scluruh pcmcriksaan dan tindakan yang dilakukan dilaporkan secara singkat dan_jelas pada penolong
        berikutnya/ rumah sakit/ dokter.


PERTOLONGAN PADA PERDARAN KECIL

Contoh Luka : kena pisau, kena silet, jatuh babras, dll
Pertolongannya :
  1. Di bawa ke ruang UKS.
  2. Bersihkan darah dengan refanol.
  3. Dikasih obat betadine.
  4. Di beri penutup luka ( hansaplas, perban. Kasa steril ).
  5. Ceceran darah dibersihkan dengan alcohol.


PERTOLONGAN PADA PERDARAHAN BESAR

Cirinya : darah mengalir tidak berhenti-berhenti.
Pertolonganya : 3T ( tutup, Tekan, dan tinggikan dari jantung ).
  1. Tutup Dengan kasa steril atau perban atau kapas atau kain.
  2. Tekan pada pembuluh darahnya agar darah cepat terhenti.
  3. Posisikan luka lebih tinggi dengan jantung.
  4. balut dengan perban atau mitela.


PERTOLONGAN PADA ORANG TIDAK SADAR/ PINSAN
Penyebabnya : belum makan, lagi sakit, stress/ banyak masalah, masuk angina, dll.
Cara pertolongannya :
  1. Diangkat/ evakuasi keruang UKS.
  2. Tidurkan ditempat tidur.
  3. Kalu pucat jangan dikasih bantal ( kaki lebih tinggi dari jantung)
  4. Lepas sepatu dan kaos kaki, lepaskan ikat pingggang, lepaskan kancing baju atas dan jelbab atau dasi ).
  5. Berikan minyak kayu putih atau basem pada hidung. ( minyah di taruh dalam kapas dan dibaukan kehidung ).
  6. Kasih minyak kayuputih pada leher, perut, telapak kaki dan tangan.
  7. Berikan teh manis dan hangat.


PERTOLONGAN PADA PENYAKIT SESAK NAPAS
Contohnya : sakit asmah, alergi debu atau asab, dll
Pertolongannya :
  1. Diangkat/ evakuasi keruang UKS.
  2. Tidurkan ditempat tidur.
  3. Kalau pucat jangan dikasih bantal ( kaki lebih tinggi dari jantung)
  4. Lepas sepatu dan kaos kaki, lepaskan ikat pingggang, lepaskan kancing baju atas dan jelbab atau dasi ).
  5. Berikan minyak kayu putih atau basem pada hidung. ( minyah di taruh dalam kapas dan dibaukan kehidung ).
  6. Miringkan stabil ( boleh kekanan atau kea rah kiri selama   -+ 10 menit .

PERTOLONGAN PADA PATAH TULANG
Patah tulang ada dua macam :
  1. Patah tulang terbuka
Patah tulang terbuka adalah bila terjadi luka robek dan tulangnya terlihat patah atau remuk dan mengeluarkan darah.

  1. Patah tulang terbuka
Patah tulang tertutup adalah patah tulang yang tidak terlihat secara fisik hanya dapat di lihat dari ciri-cirinya seperti sakit bila digerakkan, adanya benjolan, adanya luka memar dan sakit digerakkan, tidak bias digerakkan dan sakit.

Pertolonganya :
1)       Pertahankan posisi luka atau tulang ( bila bengkok jangan diluruskan, bila lurus tetap lurun , dll).
2)       Siapkan 3 buah tali atau metela yang dilipat menjadi dua ( satu panjang dan satu pendek/ yang panjarng diatas).
3)       Letakkan tiga tali dibawah luka.
4)       Berikan spalek atau bidai pada luka.
5)       Ikat tali satu persatu.
6)       Evakuasi / dibawa ke UKS atau rumah sakit.

CARA GOSOK GIGI YANG BENAR.

Waktu gosok gigi yang baik dua kali sehari ( setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.
Cara gosok gigi :
1)       Basahi sikat dengan air bersih.
2)       Oleskan pasta gigi secukupnya.
3)       Kumur 3 x dengan air bersih.
4)       Gosok gigi bagian depan kearah atas dan bawah.
5)       Gosok gigi sampng kiri dan kanan dengan cara memutar.
6)       Gosok gigi dalam bawah dengan arah bepan ke belakang.
7)       Bagian dalam atas di congkel – congkel.
8)       Kumur minimal 3 x.
9)       Cici muka dengan air bersih.

CARA CUCI TANGAN PAKAI SABUN YANG BAIK.
Cucitangan dilakukan ketika akan makan ( jajan ), setelah bersih-bersi, setelah megang hewan dll.
Cara melakukanya :
1)       Basahi tangan.
2)       Cuci sabun dan oleskan keseluruh tangan.
3)       Cuci sabun dan kembalikan pada tempatnya.
4)       Gosok telapak tangan.
5)       Gosok Punggung tangan.
6)       Gosok Selah-selah jari.
7)       Gosok Ujung jari
8)       Gosok ibu jari.
9)       Bilas dengan air bersih arah lengan tangan ke bawah.
10)   Keringkan dengan kain bersih.



KESIAPSIAGAAN & RESPON BENCANA PMI KABUPATEN KEDIRI

Kondisi kita Jawa Timur :

Luas Jawa Timur 47.157,72 km2 Terdiri dari :
Daratan 90 % dan kepulauan 10 %

 KONDISI GEOGRAFIS :
                - 7 gunung berapi aktif ( Semeru, Bromo, Arjuna, Kelud, Raung
                  dan Pegunungan Kawah Ijen);
     - 3 sungai  besar : Bengawan Solo melintas 5 kabupaten :
       ( Ngawi, Bojonegoro, Tuban,Lamongan dan Gresik ) dan       
                  sungai Brantas melintas 12 kab/kota ( Malang, Kediri, Blitar
       Nganjuk , Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya);
       Sungai Pekalen Sampean, melintasi 2 kabupaten
       (Bondowoso, Situbondo)
     - Wilayah pantai selatan (rawan Tsunami) meliputi :
       8 kab. ( Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang,
      Blitar,Lumajang, Jember, Banyuwangi);

BENCANA BESAR YANG PERNAH TERJADI  DI JAWA TIMUR

  1. Gempa dan Tsunami di pantai selatan tahun 1994
  2. Tanah longsor dan banjir bandang
          Tahun 2002 di Pacet Mojokerto dan Kota Mojokerto serta Situbondo
          Tahun 2006 di Jember, Jombang dan Situbondo
          Tahun 2007 di Trenggalek
          Tahun 2008 di Situbondo dan Bondowoso
  1. Status awas gunung Kelud pada Oktober 2007
  2. Banjir dan genangan di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo tahun 2007/2008 dan 2009. di Kab. Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan & Gresik
  3. Puting beliung

Sehubungan Dengan Penanganan Bencana Saat ini :

1.     Koordinasi penanggulangan bencana belum dapat dilaksanakan secara maksimal dan bersifat parsial, mengingat kelembagaan penanggulangan bencana kabupaten / kota belum terbentuk keseluruhan (1 BPBD sudah ada Perda Dan 5 BPBD dengan Perbub.)
2.     Adanya anggapan bahwa bencana jarang terjadi sehingga tdk.perlu dipersiapkan ;
3.     Penanganan bencana merupakan tanggung jawab Pemerintah;
4.     Penanganan bencana masih berorientasi pada upaya tanggap darurat /saat terjadi bencana, Sedangkan upaya pra  bencana belum banyak dilakukan;
5.     Pemahaman masyarakat terhadap bencana masih kurang, sehingga mengakibatkan banyak terjadi korban saat terjadi bencana;

KESIAPSIAGAAN :
-          Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU no. 24/2007).
-          Kekuatan, Peralatan, Personil
                               
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana.

PRINSIP DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
(Undang-Undang RI No.24/2007)
  1. Cepat dan Tepat
  2. Prioritas
  3. Koordinasi dan keterpaduan
  4. Berdaya guna dan berhasil guna
  5. Transparasi dan akuntabilitas
  6. Kemitraan
  7. Pemberdayaan
  8. Non diskriminatif dan non politisi

PENTINGNYA PERAN SERTA MASYARAKAT
  1. Masyarakat lokal dapat mengefektifkan kerjasama dengan pihak lain;
  2. Masyarakat lokal lebih memahami secara alamiah terhadap karakteristik dan ciri2 akan terjadinya  bencana;
  3. Masyarakat lokal merupakan kelompok rentan yang berpotensi menjadi korban bencana;
  4. Terjadinya bencana seringkali diakibatkan dari rendahnya tingkat pemahaman serta kepedulian masyarakat terhadap sumber potensi bencana;
  5. Peserta pelatihan dapat menjadi pemangku kepentingan yang tanggap, tanggon , tangguh ,trengginas dan tanpa pamrih dalam penanggulangan bencana.